ADVERTISING
Pak apa saja sih adab murid kepada gurunya? Tanya siswa dalam sebuah obrolan ringan di sela istirahat sekolah. Pertanyaan seperti ini jarang sekali, dan hampir tidak pernah keluar dari mulut seorang siswa. Untuk itu penting kiranya, topik ini ditampilkan dalam postingan blog ini.
Adab, secara bahasa mengandung arti kesopanan, tingkah laku yang baik yang pantas dilakukan, kehalusan budi pekerti dan tatakrama dan tata susila. Prof. Dr. Jamaan Nur dalam bukunya “Tasawuf dan Tarekat Naqasyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya” memberikan pengertian adab dalam Islam sebagai tata cara yang baik atau etika dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik ibadat maupun muamalat. Karenanya para ulama, menggarisbawahi bahwa, adab-adab tertentu haruslah sesuai dengan Qur'an dan hadist.
Tentang adab murid kepada guru, Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408). Dalam ilmu tasawuf, adab kepada guru adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan guru, harus bisa melayani guru nya dengan sebaik-baiknya.
Bagi yang pernah pesantren di pondokan tradisional, orang sunda kerap menyebutnya kobong, atau bale rombeng, sebelum belajar lebih jauh, pengetahuan tentang adab-adab kepada guru lebih dahulu disosialisasikan baik langsung maupun lewat para santri senior, sebab dengan semakin menjaga adab-adab kepada guru, maka santri diharapkan akan semakin dimudahkan dalam memahami ilmu-ilmu yang diajarkan guru/ ustadz/ kiyai.
Adab murid kepada guru tentu bukan hanya ada di pesantren salafi saja, di lembagai pendidikan formal seperti sekolah al madany pun haruslah tetap dijunjung tinggi. Apa saja adab-adab murid kepada guru tersebut?
- Memuliakan guru. Imam Nawawi berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut.” (al-Majmu’ 1/84)
- Mendo'alkan kebaikan kepada guru. Guru adalah orang yang telah berbuat baik kepada muridnya, bersabar dengan berbagai kelakukan siswanya, bahkan mungkin pernah tersakiti hatinya oleh ulah siswanya, tetapi guru tetap saja memberikan ilmunya kepada siswanya tersebut. Karenanya Rosulullah SAW bersabda yang artinya: "Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR. Abu Dawud 1672, Nasa’i 1/358, Ahmad 2/68, Hakim 1/412 Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, Ibnu Hibban 2071, Baihaqi 4/199, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 9/56. Lihat as-Shohihah 254). Demikian, kiranya murid untuk selalu mendo'akan gurunya.
- Rendah diri kepada guru. Murid tidak diperbolehkan menyombongkan diri kepada guru, sekalipun murid punya pengetahuan yang mungkin tidak guru ketahui. Murid tetap harus rendah diri dihadapan gurunya. Seperti yang telah Allah SWT terangkan: "Sesungguhnya orang yang rendah diri dalam belajar adalah yang paling banyak ilmunya sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang paling banyak airnya.” (Adab at-Tatalmudz hal. 32). Begitulah, merendahkan diri di hadapan guru bukan berarti direndahkan...
- Bertanya dengan baik. Apabila ada pelajaran atau materi yang tidak dipahami, hendaklah murid bertanya kepada gurunya dengan baik, dengan bahasa yang santun, sopan, tenang dan tidak tergesa-gesa. “Bertanya dengan baik adalah setengah ilmu.” (Fathul Bari 1/142).
- Membela kehormatan guru. Perlu diketahui oleh murid, bahwa guru juga adalah manusia biasa, tentu sebagai manusia tidak akan luput dari khilaf dan salah, baik perbuatan maupun lisan. Karenanya sebagai murid yang beradab, tidaklah diperbolehkan untuk menceritakan keburukan gurunya dengan siapapun. "Apabila dia mendengar orang yang mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan, keutamaan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk membantahnya. "(Shohih al-Adzkar 2/832, Adab at-Tatalmudz hal. 33). Demikian zaman semakin canggih, media sosial semakin mudah digunakan siswa, maka hendaknya siswa tidak menggunjingkan keburukan guurnya lewat sosial media tersebut. Wallahualambishawab.
Sebelum memilih kepada siapa ia hendak menuntut ilmu, maka perhatikan dahulu siapa gurunya, bagaimana akhlaknya, dan seterusnya. Sampai kamu merasa yakin dengan pilihan guru yang akan mengajarimu ilmu tersebut. Ibnu Jama’ah al-Kinani berkata: “Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Allah untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberi pemahaman. Janganlah dia berguru kepada orang yang sedikit sifat waro’nya atau agamanya atau tidak punya akhlak yang bagus.” (Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim hal. 86). Demikian, memilih gur hendaklah dilakukan dengan sungguh-sungguh, salah satunya dengan meminta kepda Allah SWT guru yang akan dipilih melalui sholat istikhoroh.
Referensi tulisan: http://zidamahsun.blogspot.com/2014/08/makalah-adab-murid-kepada-guru.html
Demikian artikel singkat kali ini, mudah-mudahan bermanfaat untuk menambah khasanah pengetahuan siswa tentang adab-adab kepada gurunya. Mohon maaf atas kealfaan dari runtut tulisan ini, baik referensi maupun sumber, segala kealfaan tersebut semata-mata kebodohan penulis. Ilaliko, Wassalam. Jadilah kalian murid yang santun.........
ConversionConversion EmoticonEmoticon